Archive for April 2010

LIPI Luncurkan Radar Bikinan Indonesia




JAKARTA – Pusat Penelitiam Elektronika dan Telekomunikasi Lembaa Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) berhasil mengembangkan radar pertama buatan Indonesia.
Dua buah produk radar hasil litbang anak bangsa ini adalah radar pengawas pantai (Coastal Surveillance Radar) yang dibuat oleh PPET -LIPI dan Radar Navigasi Kapal yang dibuat oleh divisi Radio & Commmunications System (RCS) dari PT Solusi 247. Kedua Radar ini menggunakan teknologi Frequency Modulated Continous Wave (FM-CW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dari Radar pada umumnya.
Radar ini yang diberi nama Indra I dan Isra (Indonesia Sea Radar) tersebut dibuat sepenuhnya oleh peneliti LIPI. Koordinator Peneliti Radar LIPI Mashury Wahab mengatakan, selama ini Indonesia menggunakan radar impor untuk memantau keamanan wilayahnya. ”Radar yang komponennya lokal selama ini belum ada. Kami melakukan riset sejak 2006–2009 dengan biaya masing- masing mencapai Rp4 miliar dengan komposisi 40% lokal dan 60% luar negeri,” jelas Mashury.
Radar Indra I yang berfungsi mengawasi dan memantau pergerakan lalu lintas kapal di laut memiliki jangkauan 30 km, sedangkan Isra dipakai mengawasi daerah pantai dengan jangkauan 64 km. Kelebihan lain yang dimiliki adalah dapat mengetahui kecepatan kapal, selain itu bisa mobile dan hemat listrik,”jelasnya.
Kedua radar mulai di lirik oleh TNI AL,Departemen Perikanan dan Kelautan, serta perusahaan besar yang memiliki pelabuhan seperti PT Pelindo dan PT Tambang Timah.”Harganya lebih murah dari radar impor yang bernilai belasan miliar.” (ap)





Leave a comment

TNI Angkatan Laut Buat Kapal Cepat Rudal di Batam

Batam-Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memesan kepada perusahaan perkapalan PT Palindo Marine Shipyard di Batam, Kepulauan Riau, untuk membuat kapal cepat rudal. TNI AL membutuhkan 22 kapal cepat rudal untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam 15 tahun mendatang.
Hal itu dikatakan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Madya Agus Suhartono saat mengunjungi pabrik pembuatan kapal cepat rudal (KCR) di PT Palindo Marine Shipyard (PMS), Batam, Sabtu (16/1).
Agus menjelaskan, kini TNI AL baru memesan satu KCR di PT PMS. Namun, sampai 2014, ditargetkan empat KCR dapat dibuat. ”Tetapi, itu bergantung pada anggaran dan proses lelang,” katanya.
Menurut Agus, nilai proyek pembuatan satu KCR yang dilengkapi alat navigasi dan komunikasi mencapai Rp 60 miliar. Namun, sistem persenjataan, seperti meriam dan rudal, dilengkapi kemudian oleh TNI AL.
Nilai pengadaan persenjataan untuk KCR, kata Agus, mencapai 20 juta dollar Amerika Serikat. Untuk pengadaan sistem persenjataan KCR, TNI AL akan memesan dari China atau Korea.
KCR yang dibuat di PT PMS sepanjang 43 meter dengan kecepatan maksimal 28 knot. Kerangka dan lambung KCR dibuat dari besi baja. Daya tampung bahan bakar sebanyak 50 ton. Adapun material bangunan atas dibuat dengan bahan aluminium. Proses pembuatan satu KCR selama 12 bulan.
Agus menambahkan, pemerintah berkomitmen mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Karena itu, industri perkapalan di dalam negeri harus dapat membuat kapal yang diinginkan TNI AL.
Dalam kesempatan tersebut, Managing Director PT PMS Harmanto mengungkapkan, PT PMS adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau swasta nasional. PT PMS selama ini memproduksi kapal cepat.
Menurut Harmanto, karyawan PT PMS sebanyak 300 orang. Selain pesanan dari TNI AL, PT PMS juga melayani pesanan kapal cepat dari mancanegara, terutama Singapura. Dengan adanya pesanan yang banyak, jumlah tenaga kerja pun saat ini ditambah menjadi sekitar 500 orang. 




Leave a comment

Putera RI Raih MOD Prize Inovator Tempur Inggris


Subchan dan Saturn (Foto: Subchan/Pool)

Oxfordshire - Putera Indonesia Dr Subchan bersama tim Stellar meraih Ministry of Defence (MOD) Prize pemerintah Inggris untuk inovator tempur dan mendapat RJ Mitchell Trophy.

Subchan dan timnya menyingkirkan 6 tim lainnya yang masuk kualifikasi ke final kompetisi MOD's Grand Challenge dari total 23 tim peserta.

"Tiga tim pada akhirnya menyerah sebelum bertanding karena ketidakmampuan sistem yang mereka buat," tutur Subchan kepada detikcom, Selasa malam atau Rabu (20/8/2008) WIB.

Ditambahkan bahwa pada rentang 8-19/8/2008 merupakan hari-hari implementasi sistem hasil rancangan. Sebanyak 11 tim turun untuk melakukan pembuktian sistem mereka, mampu atau tidak melakukan apa yang diminta Dephan Inggris.

"Dari 11 tim hanya 6 tim yang akhirnya masuk final. Termasuk tim saya, Stellar, yang akhirnya menjadi pemenang," ujar Subchan, dosen ITS yang saat ini sedang menempuh Post Doctoral di Cranfield University, Defence College of Management and technology, Defence Academy of the United Kingdom Informatics and Sensors.

Rancangan tim Stellar yang diberi nama Saturn, dinyatakan sebagai pemenang karena dinilai memiliki sistem terbaik untuk mengidentifikasi ancaman yang dihadapi pasukan Inggris dalam operasi-operasi militer saat ini.

Saturn menggunakan sistem terpadu berupa satu perangkat yang bisa terbang tinggi dan satu mini Unmanned Aerial Vehicle (UAV) serta Unmanned Ground Vehicle (UGV) dengan sebuah stasiun kontrol pengolah data visual, termal dan sensor radar.

Menteri Perlengkapan dan Logistik Pertahanan Baroness Ann Taylor memuji Subchan dan timnya telah mengikuti jejak RJ Mitchell, seorang inovator besar pertahanan Inggris.

"Kami bangga untuk menobatkan Tim Stellar sebagai pemenang kompetisi paling prestisius Dephan Inggris bidang inovator tempur. Tipe visi dan dedikasi seperti inilah yang telah membuat Inggris pemimpin dunia di bidang sains dan teknologi," demikian Taylor seperti juga dimuat di website Dephan Inggris. (es/es)




Leave a comment

BPPT Ciptakan Pesawat Tanpa Awak

JAKARTA - Teknologi penerbangan Indonesia selangkah lebih maju. Setelah melakukan riset selama delapan tahun, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akhirnya berhasil menciptakan pesawat terbang tanpa awak. Kreasi asli putra Indonesia itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan militer maupun sipil.
Litbang BPPT berhasil membuat prototype PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak), dengan tiga varian. Yakni varian Pelatuk, Gagak dan Wulung, dengan kelebihan masing-masing.
”Sampai sekarang sudah ada 10 unit,” ujar Head of Air Platform Division BPPT Ir Akhmad Rifai di Jakarta, Minggu kemarin (30/11). Akhmad menjelaskan, PUNA merupakan cikal bakal pesawat intai asli rakitan putra Indonesia. Pesawat ini bisa digunakan untuk pemantauan dari udara, seperti pemetaan, pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana, pencarian korban, hingga pengintaian musuh.
PUNA juga bisa digunakan untuk kasus-kasus darurat. ”Misalnya, jika ada kasus kehilangan pesawat atau kapal, maka pesawat tanpa awak yang dapat dipasangi kamera ini sangat berguna dalam pencarian,” katanya.
BPPT fokus pada penyempurnaan sistem autonomous (waypoint) dan kemampuan manuver terbangnya. Beberapa pesawat yang siap mengudara antara lain berupa BPPT-01A 'Wulung', BPPT-01B 'Gagak' dan BPPT-02A'Pelatuk'.
Wulung memiliki konfigurasi Hi Rectangular Wing, ekor berbentuk huruf T dan low single boom. Dengan bentangan sayap sepanjang 6,36 m, panjang 4,32 m, tinggi 1,32 m, dan berat saat lepas landas hingga 120 kg. PUNA jenis ini dirancang bagi misi 'Hi-Hi-Hi' atau lepas landas dan langsung melesat pada ketinggian puncak. Wulung juga mumpuni untuk difungsikan sebagai penjelajah di ketinggian puncak.
Menurut Akhmad, Wulung paling cocok digunakan pada misi yang hanya bisa maksimal bila dipantau dari high altitude. Antara lain pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. ”Dengan begitu tidak ada resiko bagi manusia, karena tidak perlu pilot,” tambahnya.
Sedangkan type Gagak memiliki konfigurasi low tapered wing. Sayap ekor berbentuk huruf 'V dan low single boom, dengan bentangan sayap sepanjang 6,93 m, panjang 4,38 m, tinggi 1,12m, dan berat ketika lepas landas mencapai 120 kg. Gagak dirancang bagi misi 'Lo-Hi-Lo'. Artinya, saat lepas landas, Gagak bisa langsung mengambil posisi penerbangan dengan ketinggian rendah. ”Gagak dapat melakukan pemotretan dari udara pada jangkauan luas, namun dengan pendekatan yang lidak bisa dideteksi oleh lawan. Begitu pula saat Gagak akan meninggalkan area intaian,” paparnya.
Sedangkan tipe Pelatuk cocok untuk mengintai pembalakan liar. Memiliki konfigurasi high single boom, hi tapered outer wing inverted V tail, dengan bentangan sayap sepanjang 6,92 m, panjang 4,38 m, tinggi 1,21 m, dan saat lepas landas beratnya mencapai 120 kg.
Menurut Akhmad, Pelatuk sangat tangguh pada misi yang membutuhkan ketinggian rendah. ”Pelatuk mampu melakukan operasi udara pada area yang kecil, pengintaian jarak dekat dengan sasaran misalnya pemantauan pembalakan liar di hutan-hutan dan pencurian ikan di lautan,” ucapnya.(rdl/jpnn)


 



Leave a comment

PT.PAL Indonesia Akan Membuat Kapal Induk

kapal induk indonesia
Angkatan laut seluruh negara pasti merindukan memiliki Kapal perang Jenis ini. Negara mana yang tidak menginginkan kekuatan militer-nya mampu mobile / bergerak. Sebuah kapal induk sedang di kembangkan oleh putera-puteri Indonesia, dan ternyata kita bisa. Ternyata Indonesia Mampu Membuat Kapal Induk.
Kapal tersebut memang baru sebuah model yang dikembangkan PT PAL Surabaya, dan pada indodefence 2008 model kapal induk ini di pamerkan. PT.PAL sedang mengembangkan Kapal Induk Helikopter, PT.PAL percaya diri mampu membangun kapal semacam itu. Kemampuan tersebut terbangun oleh keberhasilan PT PAL dalam memenuhi permintaan pembangunan kapal besar ukuran 50.000 ton yang dipesan berbagai perusahaan pelayaran internasional.
Kapal induk helikopter buatan PT.PAL memiliki kapasitas helipad sebanyak 6 (enam) helikopter. Namun, di dalam perutnya mampu untuk menyimpan 10 (sepuluh) buah helikopter lagi, sehingga jumlah 16 (enambelas) helikopter yang mampu dibawanya merupakan suatu kekuatan yang tidak kecil bagi sebuah armada perang.
Apabila TNI AL memiliki kapal perang jenis ini maka bakal menjadi pendukung utama dalam sistem pertahanan maritim Indonesia. Kapal ini akan diproyeksikan sebagai kapal induk helikopter. Karena Indonesia tidak punya musuh, dan hanya dikhususkan bagi pertahanan atau defensif, maka kapal ini hanya layak dinamakan LPD atau “Amphibious transport dock”. TNI AL memesan beberapa jenis kapal ini dari PT PAL yang dikerjakan bersama dengan Daewoo korea.
Bagi negara kepulauan sangat lah penting memiliki sebuah armada laut yang tangguh apalagi Indonesia sering tertimpa bencana alam. Dengan kapal induk helikopter di harapkan mampu menggerakkan transportasi udara berupa helikopter ke titik bencana secara cepat. jadi selain kegunaan dalam fungsi militer, kapal induk helikopter mampu memberikan dukungan SAR.



Referensi : http://surgaku.com

Leave a comment

INDRA : Radar Maritim Pertama Buatan Indonesia

Potensi kejahatan di lautan di Indonesia cukup besar, terlebih dengan jumlah kepulauan yang ribuan         banyaknya dan juga sumber alam yang besar. Namun berbalik 180 derajat dengan kemampuan pengamanan     dan pengawasannya, dimana kapal patroli jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan minimal essential force sebuah negara seperti Indonesia. Miris rasanya mendengar negara kita yang dilecehkan kekuatannya oleh negara-negara lain, bahkan oleh negara kecil seperti Singapura yang luasnya tak lebih luas dari Jabodetabek sampai berani mengusir pesawat patroli maritim TNI AL. Padahal pesawat berada diwilayah udaranya sendiri, dan masih belasan mil dari batas wilayah udaranya. Cerita ini pernah di utarakan pilot CN-235 MPA saat saya temui di Indo-Defense 2008 lalu. Belum lagi cerita jamming peralatan radar dan komunikasi yang mereka lakukan saat latihan gabungan TNI di Sangatta, Kaltim. Atau cerita miring seputar hibah radar pantai dari AS yang dipasang di Alur Laut Kepualauan Indonesia (ALKI), cerita lainnya.

Satu kata kunci yang harus mampu dilakukan oleh bangsa ini, yakni 'MANDIRI'. Dalam segala hal baik Ekonomi, Hankam, Kesejahteraan, Sosial dan lainnya. Generasi penerus harus bisa lebih maju. Janganlah kita mensejahterakan negara lain sebelum negara kita sendiri sejahtera. Kita negara besar, negara kaya akan sumber daya alam dan manusianya. Tentunya kita tidak ingin negara kita jadi miskin ditengah kekayaan yang kita punya.

Radar Maritim

Radar sebagai perpanjangan mata dalam mengawasi situasi dan kondisi di lapangan sangat besar manfaatnya. Paling tidak inilah solusi dalam mengatasi keterbatasan anggaran pembelian armada laut yang mahal harganya INDRA (INDonesia RAdar) adalah sebuah radar maritim buatan anak bangsa yang dibuat untuk dapat diaplikasi di kapal dan pantai.Pengembangan radar ini memanfaatkan Frequency Modulated Continous Wave (FMCW), yaitu suatu teknologi canggih yang menghasilkan jarak jangkauan radar dengan daya pancar sangat rendah (2 watt). Dan semuanya dapat terintegrasikan dengan sistem pertahanan dan keamanan nasional. Radar INDRA pernah diujicobakan pada 24 Oktober 2008 lalu di pantai Cilegon, Banten. Ujicobanya juga disaksikan oleh Dinas Litbang TNI AL. Dalam ujicoba ini INDRA berhasil membuktikan kemampuannya mendeteksi dan mengukur jarak sebuahkapaldenganakurat. Dalam proses pembangunan dan pengembangan radar INDRA, beberapa institusi dalam negeri juga turut membantu seperti : PPET-LIPI, ITB, UI dan IDE. Dalam kerjasama ini Litbang INDRA dilakukan sepenuhnya oleh Insinyur-Insinyur terbaik Indonesia. Dengan diluncurkannya INDRA, Indonesia telah berhasil membuat radar sendiri dengan keunggulan yang mampu bersaing dengan radar buatan luar negeri. Saatnya kita berbangga dengan terobosan yang dilakukan anak bangsa, yang mampu menjawab secara akurat masalah dan ancaman wilayah perairan yang dihadapi dari negara parasit layaknya Draculla penghisap sumber daya alam kita yang kaya raya



Leave a comment

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.